Jumat, 03 November 2017

Tantangan Dalam Memproduksi Mobil LCGC Agya





Setelah  Pemerintah Indonesia menyarankan untuk menyediakan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC). Beberapa pabrikan otomotif pun memproduksi mobil LCGC ini, salah satunya adalah Toyota Agya.

Mobil LCGC yang diproduksi oleh pabrikan mobil harus memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh pemeritah Indonesia. Syarat tersebut antara lain adalah mobil memiliki kapasitas 900 hingga 1.200 cc.

Syarat lainnya mobil LCGC juga harus  memenuhi konsumsi BBM 20 kilometer per liter. Untuk kandungan lokal, mobil LCGC harus memiliki 85 persen kandungan lokal.

"Dua hal yang jadi tujuan LCGC yang pertama yaitu emisi. Yang kedua syarat LCGC yaitu lokalisasi 85 persen. LCGC itu ke emisi dan konsumsi BBM membantu mengurangi penggunaan BBM, membangun industri," ujar Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono.

Persyaratan pemerintah tersebut adalah sebuah tantanga bagi TAM untuk memproduksi mobil Agya yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk masalah tantanga terbesar, Warih menjelaskan pada saat ini tantangan yang dihadapi oleh para produsen ialah tentang true localization pada kandungan lokal.

"Cuma kita selalu bicara lokalisasi. Di dalam lokalisasi ada true, definisi lokalisasi itu kalau misalnya resin kita proses buat bemper di Indonesia, itu lokal. Kita berbicara true localization. TMMIN belinya dari lokal tapi materialnya ini juga harus diproduksi di lokal," ucapnya.

Warih menambahkan bahwa saat ini true localization memang belum  dipenuhi secara maksimal oleh para produsen – produsen mobil murah ramah lingkungan  LCGC di Indonesia.


"Definisi sekarang belum itu. Itu yang jadi sisa PR (Pekerjaan Rumah) kita. Lokalisasi bukan hanya local made, tapi juga local produce," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar