Setelah Pemerintah Indonesia menyarankan untuk
menyediakan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC).
Beberapa pabrikan otomotif pun memproduksi mobil LCGC ini, salah satunya adalah
Toyota Agya.
Mobil LCGC yang
diproduksi oleh pabrikan mobil harus memenuhi beberapa persyaratan yang
diajukan oleh pemeritah Indonesia. Syarat tersebut
antara lain adalah mobil memiliki kapasitas 900 hingga 1.200 cc.
Syarat lainnya mobil LCGC juga harus memenuhi konsumsi BBM 20 kilometer per liter.
Untuk kandungan lokal, mobil LCGC harus memiliki 85 persen kandungan lokal.
"Dua hal yang jadi tujuan LCGC yang pertama yaitu
emisi. Yang kedua syarat LCGC yaitu lokalisasi 85 persen. LCGC itu ke emisi dan
konsumsi BBM membantu mengurangi penggunaan BBM, membangun industri," ujar
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih
Andang Tjahjono.
Persyaratan pemerintah tersebut adalah sebuah tantanga bagi TAM untuk memproduksi mobil Agya yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk masalah tantanga terbesar, Warih menjelaskan pada saat ini tantangan yang dihadapi oleh para produsen ialah tentang true localization pada kandungan lokal.
"Cuma kita selalu bicara lokalisasi. Di dalam lokalisasi ada true, definisi lokalisasi itu kalau misalnya resin kita proses buat bemper di Indonesia, itu lokal. Kita berbicara true localization. TMMIN belinya dari lokal tapi materialnya ini juga harus diproduksi di lokal," ucapnya.
Warih menambahkan bahwa saat ini true
localization memang belum dipenuhi secara maksimal oleh para produsen –
produsen mobil murah ramah lingkungan LCGC di Indonesia.
"Definisi sekarang belum itu. Itu yang jadi sisa PR
(Pekerjaan Rumah) kita. Lokalisasi bukan hanya local
made, tapi juga local
produce," ujarnya.